Rabu, 20 Agustus 2008

MASIH ADA TAUBAT

Oleh: Muhammad Riyal Siregar

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nur [24]: 31)

Allah telah membagi hamba-hambaNya dalam dua golongan saja, dan tidak ada golongan yang ketiga. Yaitu: Golongan orang-orang yang bertaubat dan Golongan orang-orang yang zalim. Allah SWT berfirman, “Dan barang siapa yang tidak bertaubat maka dia termasuk golongan orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujarat [49]: 11).

Zaman sekarang ini, banyak manusia yang menjauhkan diri dari agama Allah sehingga kemaksiatan dan kemungkaran kian merajalela, sampai-sampai tak seorang pun yang selamat dari pencemaran oleh keburukan-keburukan tersebut kecuali orang-orang yang dilindungi Allah SWT.

Banyak dari kita yang tergugah dari kelalaian dan menyadari akan kekurangan kita dalam menunaikan hak Allah serta menyesali dosa-dosa kita, sehingga kita pun bergegas mengayunkan langkah ke pintu taubat. Sementara itu sebagian yang lain merasa jenuh dengan kehidupan yang merana dan sempit akibat dosa-dosa maka segera mereka mencari jalan untuk keluar dari kegelapan menuju cahaya. Akan tetapi jalan kita yang hendak bertaubat ini sering terhalang oleh berbagai macam rintangan yang kita sangka akan menghalangi taubat kita. Rintangan-rintangan tersebut terkadang ada dalam diri kita sendiri dan terkadang pula ada pada kondisi realitas yang melingkungi kita.

Semoga Allah merahmati kita bahwasanya Allah ‘Azza wa Jalla telah memerintahkan hamba-hambaNya untuk memurnikan taubat sebagai suatu perintah yang wajib. Allah SWT. Berfirman, ”Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya (taubatan nasuha).” (QS. At-Tahrim [66]: 8). Allah telah memberi kepada kita kesempatan untuk bertaubat sebelum para malaikat pencatat amal (Al-Kiraam Al-Kaatibuun) melakukan pencatatan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW., “Sesungguhnya malaikat pencatat amal yang disebelah kiri mengangkat penanya selama enam jam atau waktu yang singkat dari siang dan malam dari seorang muslim yang berbuat dosa. Jika dia menyesal dan beristighfar kepada Allah dari dosa tersebut maka malaikat itu tidak mencatatnya, tetapi jika dia tidak menyesal dan tidak beristighfar kepada Allah maka ia dicatat satu dosa.” (HR. Thabrani). Allah SWT juga memberi kesempatan berikutnya untuk bertaubat setelah dicatatnya dosa tersebut sampai dengan sebelum datangnya ajal.

Musibah sebagian besar manusia sekarang ini ialah tidak adanya rasa takut kepada Allah, sehingga dengan mudahnya kita bermaksiat kepada Allah dengan bermacam-macam dosa sepanjang siang dan malam. Diantara kita ada yang meremehkan dosa-dosa kecil sehingga berkata, misalnya, “Apa sih bahayanya memandang wanita yang bukan mahramnya atau berjabat tangan dengannya?” Sebagian diantaranya ada yang terbiasa menyaksikan tayangan-tayangan yang haram, baik di majalah-majalah atau film-film seri di televisi. Sebagian dari kita, jika sudah mengetahui haramnya hal tersebut kadang-kadang bertanya dengan nada mengolok-ngolok, “Berapa sih dosanya hal itu? Itu termasuk dosa besar ataukah dosa kecil?”

Jika kita telah mengetahui realitas yang seperti itu maka cobalah kita bandingkan hal itu dengan dua kisah berikut yang dikutip dari Shahih Bukhari (Ra.);

Dari Anas bin Malik (Ra.) beliau berkata, “Sesungguhnya kalian melakukan pekerjaan (dosa-dosa) yang di mata kalian hal itu lebih kecil daripada rambut, sedangkan kami para sahabat menganggap perbuatan-perbuatan itu di masa Rasulullah SAW, termasuk dari dosa-dosa besar yang membinasakan.”

Dari Ibnu Mas’ud (Ra.) beliau berkata, ”Sesungguhnya orang mukmin itu melihat kepada dosa-dosanya sebagaimana seorang yang duduk di bawah sebuah gunung yang dia takut jika sewaktu-waktu gunung itu jatuh menimpa dirinya, sedangkan orang yang fasik melihat kepada dosa-dosanya seperti melihat lalat yang lewat di samping hidungnya lalu dia menghalaunya dengan tangannya.

Apakah kita yang meremehkan dosa itu telah memperhitungkan bahaya perbuatan kita itu khususnya jika kita telah membaca hadist Rasulullah SAW. Berikut ini, “Hati-hatilah kamu dari dosa-dosa yang dianggap remeh, karena sesungguhnya dosa-dosa tersebut jika dikumpulkan pada seseorang niscaya akan membinasakannya.” (HR. Ahmad, Shahih Al-Jami’us Shaghir no. 2686, 2687)

Dosa kecil jika disertai dengan tidak adanya rasa malu, tidak peduli, tidak takut kepada Allah dan menganggap remeh dosa tersebut niscaya akan berubah menjadi dosa besar bahkan sejajar dengan dosa besar, karena itu, “Tidak ada dosa kecil jika ia dilakukan terus menerus dan tidak ada dosa besar jika disertai dengan istighfar.” Dan kita berkata kepada saudara kita yang seperti itu keadaannya,

“Janganlah engkau melihat kecilnya suatu maksiat, tapi lihatlah siapa yang engkau maksiati itu?”
Firman Allah SWT,

“Kabarkanlah kepada hamba-hambaKu, bahwa sesungguhnya Aku adalah Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hijr [15]: 49), dan juga beriman dengan firmanNya, “Dan sesungguhnya azabKu adalah azab yang pedih.” (QS. Al-Hijr [15]: 50)
Insya Allah kalimat-kalimat ini akan bermanfaat bagi orang-orang yang beriman, jujur, yang menyadari akan dosa dan keteledorannya, bukan orang-orang yang acuh tak acuh dalam kesesatannya atau yang terus menerus dalam melakukan kebatilannya.

Taubat adalah kata yang agung, Ia memiliki kandungan makana yang dalam, tidak sebagaimana yang disangka oleh kebanyakan orang, sekedar ucapan di lisan lalu terus menerus melakukan dosa. Firman Allah, “Dan hendaklah kalian beristighfar kepada Rabb kalian kemudian bertaubatlah kepadaNya.” (QS. Hud [11]: 3) dapat kita ketahui dari ayat tersebut bahwa taubat adalah perkataan yang lebih dari sekedar istighfar (mohon ampun).

Para Ulama telah menyebutkan syarat-syarat taubat yang mereka simpulkan dari ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits, sebagian dari syarat-syarat tersebut adalah:

Berhenti dari melakukan dosa dengan segera hanya karena Allah SWT bukan karena yang lain, karena jika seseorang bertaubat bukan karena Allah atau karena ada alasan lain maka, hal seperti itu tidaklah disebut orang yang bertaubat.

Menyesal dan mencabut semua keinginan untuk bermaksiat dan merasa sedih atas dosa-dosa yang telah lewat.

Ber’azam (bertekat bulat) untuk tidak mengulangi lagi dosa.

Mengembalikan hak-hak orang yang dizalimi atau meminta dihalalkan oleh mereka.

Hendaknya orang yang bertaubat takut kalau-kalau pada taubatnya itu ada kekurangan. Seorang yang bertaubat tidak boleh merasa pasti bahwa taubatnya telah diterima oleh Allah, karena hal itu akan membuat dirinya merasa tenang dan aman dari azab Allah SWT.

Hendaknya orang yang bertaubat itu meninggalkan daerah tempat ia berbuat maksiat jika keberadaannya pada tempat itu akan membuatnya tergelincir sekali lagi pada kemaksiatan tersebut.

Hendaknya orang yang bertaubat itu meninggalkan teman-teman yang membantunya berbuat maksiat. Allah SWT berfirman “Teman-teman akrab pada hari itu sebagian mereka menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zukhruf [43]: 67)

Hendaknya orang yang bertaubat itu memusnahkan barang-barang haram yang masih ada di sisinya seperti minuman keras, alat-alat musik, foto-foto dan film-film haram, cerita-cerita mesum dan patung-patung. Seorang yang telah menapakkan kakinya di ambang pintu taubat hendaklah menanggalkan seluruh atribut-atribut jahiliahnya.

Hendaknya ia memilih teman-teman yang saleh yang membantunya untuk taat sebagai ganti dari teman-teman yang buruk. Jika dahulunya ia terbiasa mengkonsumsi sesuatu yang haram hingga sel-sel dagingnya tumbuh dari sesuatu yang haram, maka hendaknya ia menyalurkan energi tubuhnya untuk mentaati Allah serta berupaya untuk mencari rizki yang halal, agar sel-sel dagingnya tumbuh dari sesuatu yang halal dan thayyib.

Hendaknya taubat itu dilakukan sebelum nyawanya sampai di tenggorokan dan sebelum matahari terbit dari arah barat. Rasulullah SAW. bersabda, “Barang siapa bertaubat kepada Allah sebelum nyawanya sampai di tenggorokan maka Allah akan menerima taubatnya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi) dan ”Barang siapa yang bertaubat kepada Allah sebelum matahari terbit dari barat maka Allah menerima taubatnya.” (HR. Muslim)

“Aku ingin bertaubat, akan tetapi dosa-dosaku sangat banyak sekali, segala macam perbuatan keji, segala dosa yang pernah engkau khayalkan atau belum pernah engkau khayalkan telah pula aku lakukan, sehingga aku tidak tahu apakah masih mungkin Allah mengampuni apa yang telah aku lakukan pada tahun-tahun yang lalu itu?!”

Inilah permasalahan yang sering dihadapi seseorang yang hendak bertaubat. Adapun perasaan seseorang bahwa dosa-dosanya terlalu banyak untuk diampuni oleh Allah SWT, yaitu yang pertama sebenarnya muncul dari ketidakyakinannya akan luasnya rahmat Allah. Yang kedua, karena lemahnya iman dan keyakinan akan kemampuan Allah untuk mengampuni seluruh dosa-dosa. Yang ketiga, karena lemahnya rasa berharap kepada Allah yang hal ini merupakan salah satu aktivitas qalbu. Keempat, karena ketidaktahuan seseorang akan besarnya pengaruh taubat dalam menghapus dosa-dosa.

Jawaban untuk permasalahan diatas adalah sebagai berikut: untuk masalah yang pertama, cukuplah untuk menjelaskannya firman Allah berikut ini, “Dan rahmatKu meliputi segala sesuatu.” (QS. Al-A’raf [8]: 56) Untuk masalah yang kedua, hadits qudsi yang sahih berikut ini cukup menjadi penjelas. Rasulullah Saw bersabda, “Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ‘Barang siapa yang mengetahui bahwa Aku mampu mengampini dosa-dosa niscaya Aku mengampuni dosa-dosanya dan Aku tidak peduli (akan dosanya yang sangat besar) selama ia tidak mempersekutukan Aku dengan sesuatu (berbuat syirik).” (HR. Thabrani dan Al-Hakim, tercantum dalam shahihul jami’ no.4330) Untuk masalah yang ketiga,…


Semoga kita tidak pernah bosan dan berputus asa untuk bertaubat kepada Allah SWT. Karena sesungguhnya Allah SWT berfirman “Hai hamba-hambaKu yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendir, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya, sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang dan kembalilah kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepadaNya.” (QS. Az-Zumar [39]: 53-54) semoga kita tidak terjerumus kejurang dosa yang sama untuk kesekian kalinya dan semoga taubat kita semua diterima oleh Allah SWT. Amin…

0 komentar: