Rabu, 20 Agustus 2008

Alangkah Buruknya Dosa

Oleh: Muhammad Riyal Siregar
“…dan ia telah diliputi oleh dosanya…” (al-Baqarah: 81)

Dosa demi dosa kamu jalani
Namun kamu harapkan pahala dan kemuliaan taman surgawi
Sedang kamu lupa, bahwa Allah SWT mengeluarkan Adam dari surga-Nya
Turun ke dunia fana, hanya karena satu dosa…

Dosa, pada awalnya hanyalah setitik kecil hitam di hati, namun bila terkumpul, maka hitamlah seluruh hati kita. Kita akan merasa gelisah, asing di tengah orang-orang saleh, kehilangan ketaatan, dan tak lagi bisa menikmati indahnya ibadah. Rasa yang tersisa hanya kegersangan, kekeringan, ketidakberkahan hidup, dan azab Allah.

Wahai saudaraku, tatkala kita merasa Allah melimpahkan berbagai nikmat sedangkan kita melakukan maksiat, maka kita seharusnya berhati-hati. Jika Allah memberikan rezeki berupa harta, anak, kesehatan, ataupun ketampanan, namun kita balas semua itu dengan maksiat, maka sekali lagi kita seharusnya berhati-hati. Takutlah kepada siksa-Nya yang datang dengan tiba-tiba dan akan beratnya kemurkaan-Nya serta hilangnya pengampunan-Nya. Rasulullah Saw bersabda, “Apabila kamu menyaksikan seorang hamba mendapatkan dari Allah ta’ala apa yang ia sukai dari kehidupan dunia, namun ia terus berkecimpung dalam kemaksiatan, maka ketahuilah bahwa semua itu hanyalah istidraaj (penangguhan hukuman dan ditundanya azab).”

Perhatikan firman Allah berikut: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, kami siksa dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam dan berputus asa.” (al-An’aam: 44)

Wahai saudaraku, kita mengaku sedih dan gelisah di bibir saja, sedangkan perilaku kita selalu membohongi lisan kita. Seandainya memang benar di hati kita ada kegelisahan dan kesedihan, tentu pengaruhnya akan terlihat jelas pada kondisi tubuh kita. Akan tampak ratap tangis kita karena takut kepada Allah SWT. Akan terlihat amal kebajikan kita untuk menghapus perbuatan buruk kita. Akan terlihat pula kedekatan kita dengan orang-orang saleh. Juga akan terlihat bahwa kita akan selalu menjauhi orang-orang yang berbuat maksiat. Dan pasti akan tampak tobat kita yang sesungguhnya, penyesalan yang mendalam, serta niat baru yang kokoh. Abu Darda mengingatkan, “Jangan sampai kalian dicela oleh hati orang-orang mukmin tanpa kalian sadari. Tahukah kalian bagaimana hal ini terjadi? Jika seorang hamba bermaksiat kepada Allah, maka Allah akan menimbulkan kebencian orang-orang mukmin terhadapnya tanpa dapat ia sadari.” Jika saudara kita kurang ramah terhadap kita, maka itu karena dosa yang kita perbuat, maka kita seharusnya bertaubat kepada Allah ta’ala. Jika kecintaan saudara kita bertambah, maka hal itu karena ketaatan yang kita lakukan, maka seharusnya kita bersyukur kepada Allah SWT.

Sufyan berkata, “Selama empat bulan aku tidak dapat melakukan sholat malam hanya karena sebuah dosa yang aku perbuat.” Ibnu Sirin pernah mengejek orang miskin. Dan karena perbuatannya tersebut, maka ia terbelenggu utang. Makhul pernah mengatakan kepada seseorang yang menangis bahwa orang tersebut hanya ingin dilihat orang lain (riya’). Dan karena perbuatan tersebut, maka ia tidak dapat menangis karena takut kepada Allah SWT selama satu tahun. Pada hakikatnya, mereka yang menerima hukuman di dunia, tidak lain adalah karena kesayangan Allah kepada mereka, yaitu karena hukuman di dunia dapat ditanggung dan cepat berlalu, tidak seperti hukuman diakhirat. Tidak ada sepasang mata pun yang dapat membayangkan, tidak ada sepasang telinga pun yang pernah mendengar pedihnya, juga tidak terlintas di hati manusia bagaimana rasa sakitnya. Rasulullah SAW bersabda, “Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi hamba-Nya, maka Ia akan mempercepat hukumannya di dunia (menghukumnya di dunia). Maka jika Ia menginginkan keburukan pada hamba-Nya, maka Ia biarkan hamba tersebut dengan dosanya hingga mendapatkan balasan kelak di hari kiamat.” (Hadits Sahih) Mereka yang disegerakan hukumannya di dunia adalah yang mendekatkan diri kepada Allah. Sebaliknya orang-orang yang jauh dari rahmat-Nya, Allah biarkan mereka terlena di dunia sehingga mereka menabung hukuman untuk dirinya sendiri di akhirat nanti.

Jika seseorang berbuat maksiat, maka setan akan segera mendekat dan malaikat menjauhinya. Setan selalu mengajak kepada kejahatan, maksiat, dosa, dan kehancuran. Benar apa yang pernah diucapkan oleh Sahal bin Ashim, “Hukuman dari perbuatan dosa adalah dosa juga.” Ibnul Qayyim bersumpah, “Demi Allah, musuhmu (setan) hanya akan memusuhimu jika walimu (malaikat) meninggalkanmu. Maka jangan kamu kira bahwa setan menang atas malaikat, akan tetapi malaikat yang berpaling darimu.” Apabila seorang hamba taat kepada Allah SWT maka malaikat akan segera mendekatinya dan dengan sendirinya setan akan menjauhinya. Malaikat tidak akan mengajak seorang hamba kecuali kepada ketaatan, kebajikan dan penyucian jiwa. Maka orang-orang berkata, “Ketaatan itu laksana wanita subur (banyak melahirkan). Dan ganjaran dari ketaatan adalah ketaatan juga.”

Muhammad bin Wasi’ yang bergelar Zainul Qur’an berkata tentang matinya hati, “Dosa demi dosa membuat hati seseorang mati.” Oleh karena itu, ketika seseorang berkata kepada Said ibnul Musayyab bahwa Abdul Malik bin Marwan berkata, “Saat ini aku tak lagi merasakan kebahagiaan karena kebajikan yang aku lakukan. Aku juga sudah tidak lagi merasakan kegelisahan karena dosa yang aku perbuat.” Maka Said ibnul Musayyab berkata, “Saat itu hatinya telah mati.” Banyak hal yang menyebabkan matinya hati, diantaranya sebagai berikut:
- Merasa senang dengan perbuatan dosa dan berusaha menampakkannya.
- Keinginan yang membara untuk berkumpul bersama orang-orang yang selalu berbuat maksiat
- Merasa tertekan ketika melihat orang-orang yang taat
- Senantiasa berbuat dosa dan tidak segera bertaubat
- Tidak lagi merasa sedih dengan hilangnya perbuatan taat
- Tidak lagi menolak kemungkaran, baik itu dengan tangan, lisan maupun hatinya.
Wahai saudaraku, ingatkan selalu hatimu dari tidur pulasnya, karena orang yang mendapatkan taufik adalah orang yang senantiasa waspada, jika kita tidak sadar akan nasihat yang diberikan kepada kita, maka jadikanlah diri kita sadar akan nasihat itu.

“Jika kalian menyukai perhiasan dan sutra surga, maka janganlah kalian memakainya di dunia.” (Hadits Sahih)
Wahai saudaraku, barang siapa mengenakan sutra di dunia, maka kelak di akhirat ia tidak boleh memakainya. Barang siapa meminum khamar di dunia, maka kelak ia tidak boleh meminum khamar surga. Barang siapa di dunia melepaskan pandangannya kepada wanita yang bukan mahramnya, maka kelak ia tidak boleh memandang bidadari disurga. Dan barang siapa di dunia senang mendengarkan musik, maka kelak ia tidak diperbolehkan menikmati musik akhirat. Ibnu Abbas berkata, “Allahmengirimkan angin yang menggoyang ranting pepohonan. Menciptakan suara-suara merdu bagi telinga manusia bak irama nyanyian dan lantunan lagu. Wahai telinga, janganlah kamu gantikan suara-suara itu dengan petikan tali gitar dan ingar-bingar pesta.” Salamah bin Dinar berkata, “Jika kamu menginginkan sesuatu menjadi milikmu kelak di akhirat, maka tinggalkanlah ia hari ini.”

Dosa pada akhirnya akan menggiring pelakunya menuju akhir kehidupan yang buruk (su’ul khaatimah). Hal ini karena manusia akan mati sesuai dengan kehidupan yang ia jalani. Maka bagi yang menginginkan mati dalam keadaan sujud, hendaklah ia memperbanyak ibadah sholat, bagi yang ingin mati dalam keadaan berpuasa, hendaklah ia memperbanyak puasa dan bagi yang ingin akhir hayatnya dalam keadaan berzikir, hendaklah ia memperbanyak zikir. Begitu pula dengan orang yang banyak melakukan maksiat. Ketika kamu mendapati seseorang yang akhir hayatnya su’ul khaatimah, ketahuilah bahwa sepanjang hidupnya, orang tersebut hanya menghabiskan umurnya dalam kesia-siaan, sehingga ia tidak mendapatkan taufik ketika ajal menjemput.

Wallahu a’lam…

0 komentar: