Rabu, 27 Agustus 2008

Ramadhan Ini...

Ramadhan ini,

Tidak kusambut dengan keceriaan makna yang dalam

Tak pernah kunantikan sangat kehadirannya

Bahkan kusambut ia sama dengan aku menyambut bulan lainnya


Ramadhan ini,

Kujalani sama dengan saat aku melewati bulan-bulan lainnya

Padahal Allah telah menjadikan ramadhan lebih baik dari seribu bulan

Ibadah-ibadahku tak mengalami peningkatan

Amal, infaq, dan shodaqohku pun tidak lebih baik


Ramadhan ini,

Mulut ini masih terus bergunjing, berdusta bahkan memfitnah

Tangan-tangan ini tak jua lepas dari keusilan

Langkahku kian berat ke tempat-tempat kebaikan

Hati ini tetap penuh dengan riya', sum'ah, ujub, sombong, kikir, dengki dan perasaan tidak suka kepada orang lain

Tak kuperdengarkan telingaku, kalimat Allah dari lidahku sendiri

Bahkan kubiarkan seluruh indera ini terlena gemerlapnya hidup


Ramadhan ini,

Hubungan dengan tetangga tak juga kuperbaiki

Silaturahim dengan keluarga pun belum sempat


Ramadhan ini,

Masih seperti tahun-tahun sebelumnya

Siangnya kuhabiskan dengan urusan dunia

Malam-malamnya kubiarkan berlalu tanpa ibadah tambahan

Puasaku pun masih belum lebih baik dari tahun lalu


Ramadhan ini,

Tak kuambil kesempatan tuk mereguk rahmat dari-Nya

Karena tidak kuperbanyak syukurku

Mungkinkah kubiarkan jalan ampunan-Mu berlalu begitu saja

Karena tak juga kubasahi lidahku dengan dzikir mengingat-Mu

Akankah kuhempaskan nikmat pembebasan dari api neraka-Mu

Karena tak kusempurnakan ibadahku

Haruskah kulewati malam-malam akhir ramadhan ini tanpa kenikmatan mendekat-Mu


Usai ramadhan ini,

Mungkinkah aku masih seperti saat sebelum ramadhan

Akankah derajat taqwa yang kuraih

Akankah aku kembali fitri…



Eramuslim.com

Hadist-hadist mengenai Puasa dari Sahih Bukhari dan Sahih Muslim



Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah Saw. bersabda: Apabila tiba bulan Ramadan, dibuka pintu-pintu Syurga dan ditutup pintu-pintu Neraka serta syaitan-syaitan dibelenggu.


Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a. katanya: Rasulullah Saw. bersabda: …Dan sesiapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharapkan keredhaan Allah, akan diampunkan segala dosa yang dilakukannya sebelum itu.


Diriwayatkan daripada Sahl bin Saad r.a katanya: Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya di dalam Syurga itu terdapat pintu yang dinamakan Ar-Rayyan. Orang yang berpuasa akan masuk melalui pintu tersebut pada Hari Kiamat kelak. Tidak boleh masuk bersama mereka seorangpun selain mereka. Kelak akan ada pengumuman: Di manakah orang yang berpuasa? Mereka lalu berduyun-duyun masuk melalui pintu tersebut. Setelah orang yang terakhir dari mereka telah masuk, pintu tadi ditutup kembali. Tiada lagi orang lain yang akan memasukinya


Diriwayatkan daripada Abu Said al-Khudri r.a katanya: Rasulullah Saw. bersabda: Setiap hamba yang berpuasa di jalan Allah, Allah akan menjauhkannya dari api Neraka sejauh perjalanan tujuh puluh tahun.


Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah Saw. bersabda: Apabila seseorang daripada kamu sedang berpuasa pada suatu hari, janganlah bercakap tentang perkara yang keji dan kotor. Apabila dia dicaci maki atau diajak berkelahi oleh seseorang, hendaklah dia berkata: Sesungguhnya hari ini aku berpuasa, sesungguhnya hari ini aku berpuasa.


Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah Saw. bersabda: Sesiapa yang tidak meninggalkan percakapan bohong dan perbuatan tidak baik, Allah tidak inginkan tindakannya menahan diri dari makan dan minum (yakni Allah tidak menerima puasanya)


Kelebihan bersahur


Diriwayatkan daripada Anas r.a katanya: Rasulullah Saw. bersabda: Hendaklah kamu bersahur kerana di dalam bersahur itu ada keberkatannya.


Diriwayatkan daripada Sahl bin Saad r.a katanya: Rasulullah Saw. telah bersabda: Seseorang itu sentiasa berada di dalam kebaikan selagi mereka selalu menyegerakan berbuka puasa.


Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: Saya telah mendengar sabda Rasulullah Saw. mengenai Ramadan: Sesiapa yang mendirikan sholat (Tarawih) dalam bulan itu dengan penuh keimanan dan mengharapkan keredhaan Allah, akan diampunkan segala dosa yang dilakukannya sebelum itu.


Kelebihan Lailatulqadar dan usaha untuk mencarinya


Diriwayatkan daripada Saidatina Aisyah r.a katanya: Rasulullah Saw. bersabda: Carilah Lailatulqadar pada sepuluh hari yang terakir di bulan Ramadan.
Ganjaran untuk amalan yang dilakukan pada malam Lailatulqadar


Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a. katanya: Rasulullah Saw. bersabda: Sesiapa yang mendirikan sholat pada malam Lailatulqadar dengan penuh keimanan dan mengharapkan keredhaan Allah, maka akan diampunkan segala dosa yang dilakukannya sebelum itu.


Diriwayatkan daripada Saidatina Aisyah r.a katanya: Rasulullah Saw. biasanya beriktikaf pada sepuluh hari yang terakhir dalam bulan Ramadan.
Menambahkan amal ibadah pada sepuluh hari terakhir Ramadan.

Diriwayatkan daripada Saidatina Aisyah r.a katanya: Rasulullah Saw. bermujahadah pada sepuluh hari yang terakhir bulan Ramadan tidak seperti bulan-bulan lain.


Makan dan minum kerana terlupa tidak membatalkan puasa


Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah Saw. bersabda: Sesiapa yang terlupa sedangkan dia berpuasa, lalu dia makan atau minum, hendaklah dia terus menyempurnakan puasanya kerana dia telah diberi makan dan minum oleh Allah.


Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah Saw. telah bersabda: Janganlah kamu berpuasa sehari atau dua hari sebelum tiba bulan Ramadan melainkan orang yang biasa berpuasa dengan puasa yang tertentu maka bolehlah dia berpuasa.

All About PUASA


Menahan diri dari makan dan minuman atau apa-apa saja yang boleh membatalkan puasa, sepanjang hari mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari dalam sebulan bulan Ramadhan.
(Kutipan dari Kitab Tuntutan Ibadah: Perukunan Ibadah Sepanjang Zaman oleh As-Shaikh Ali b. Abdullah)

Perintah wajib puasa turun pada bulan Sya’ban Tahun 2 Hijrah.

Pada Surah Al-Baqarah Ayat 183:

Yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, supaya kamu menjadi orang yang bertaqwa."

Yang Membatalkan Puasa:

- Memasukkan benda/sesuatu ke dalam jauh rongga seperti mulut, hidung, telinga, atau lubang-lubang kemaluan dengan sengaja.
- Muntah dengan sengaja.
- Mengeluarkan mani dengan sengaja.
- Haid atau nifas.
- Bersetubuh di siang hari (selain membatalkan puasa ia juga ada hukum tersendiri yaitu diwajibkan membayar kifarah).
- Murtad (keluar dari Islam).
- Gila (hilang akal).

Hal-hal Yang Membatalkan pahala Puasa:

Yaitu perkara-perkara yang membatalkan pahala puasa, artinya, berpuasa tidak mendapat pahala kecuali lapar dan dahaga (puasa yang sia-sia).

- Berdusta, berbohong.
- Mengumpat, mengatai orang.
- Membuat sesuatu yang dapat mendatangkan permusuhan.
- Melihat benda-benda yang mendatangkan keinginan (syahwat).
- Marah.


Rasulullah Saw. bersabda:
Yang artinya: “Bukan dinamakan puasa bila hanya sekedar menahan makan dan minum, tetapi puasa yang sungguh-sungguh itu adalah menahan diri dari percakapan yang tidak ada gunanya dan kata-kata yang keji.”
(Hadis menurut Sahih Muslim)

Sunat-sunat Puasa:

- Menyegerakan berbuka puasa apabila telah yakin waktu berbuka.
Rasulullah Saw. bersabda:
Yang artinya: “Allah berfiman: Hambaku yang lebih Aku cintai adalah mereka yang menyegerakan berbuka."
- Makan sahur walaupun sedikit.
Rasulullah Saw. bersabda:
Yang artinya: “Makan sahur itu berkat, oleh kerana itu jangan kamu tinggalkan, walau hanya sekadar meneguk seteguk air, kerana Allah merahmati orang-orang yang makan sahur dan malaikat mendoakannya."

- Melambatkan makan sahur yaitu setelah tengah malam dan sebelum waktu imsak.
- Berbuka dengan buah kurma atau makanan yang manis.
- Memperbanyakkan membaca Al-Quran.
- Memperbanyakkan sedekah.
- Beriktikaf siang hari dalam masjid.
- Menghadiri majlis-majlis ilmu.
- Menyediakan makanan untuk berbuka untuk orang-orang berpuasa.
- Jangan bersugi (sikat gigi) setelah tergelincir matahari ke arah barat sehingga terbenamnya matahari kerana dapat memakruhkan puasa.


Orang-orang Yang Dibenarkan (Tidak berpuasa) Berbuka Puasa:

- Orang yang di dalam (perjalanan - musafir), tetapi wajib di qada’.
- Orang sakit, wajib di qada’.
- Ibu yang menyusukan anak, jika takut mudharat bagi dirinya, maka wajib qada’ dan jika takut mudharat bagi anaknya maka wajib qada’ dan fidyah.

Lafaz niat puasa Fardhu Ramadhan

“Nawaitu showmaghodin ‘an ada’i fardhisyahri romadhona hadhihissanati lillahita’ala”

Bacaan Hendak Berbuka Puasa

“Allahumma lakashumtu wabika amantu wa’ala rizkhika afthortu birahmatika yaa ‘arhamarrohimiin”

SHALAT TARAWIH

Hukum Sholat Tarawih:

Hukumnya sunat muakkad (yang sangat dituntut) bagi dikerjakan oleh orang-orang Islam laki-laki dan perempuan pada tiap-tiap malam bulan Ramadhan secara berseorangan atau berjamaah.
- Sunnat dikerjakan di masjid, surau dan lain-lain tempat sholat orang-orang Islam.
-
Waktu Sholat Tarawih:
- Waktu sholat Tarawih ini ialah selepas menunaikan sholat Fardhu Isya’.


Rakaat Sholat Tarawih:

- Pada umumnya masyarakat Islam di Indonesia mendirikan sholat Tarawih ini sebanyak 20 rakaat, tetapi ada juga yang hanya menunaikan sekadar 8 rakaat saja.

- Pada zaman Rasulullah s.a.w. sholat Tarawih dikerjakan sebanyak 8 rakaat saja supaya tidak menimbulkan sesuatu keberatan.

- Pada zaman Khalifah Umar bin Al-Khattab, beliau menambah lagi menjadikan 20 rakaat karena beliau berpendapat bahwa orang-orang Islam pada zamannya itu tidak keberatan menunaikan sholat sebanyak itu.

Sembahyang Terawih hendaklah ditunaikan dua rakaat, pada tiap-tiap satu kali takbiratul-ihram kemudiannya dilakukan lagi sehingga genap rakaat yang dikehendaki.

Kelebihan Sholat Sunah Tarawih:
Diriwayatkan oleh Saiyidina Ali (r.a.) daripada Rasulullah S.A.W., sebagai jawapan dari pertanyaan sahabat-sahabat Nabi S.A.W. tentang fadhilah (kelebihan) sholat sunat tarawih pada bulan Ramadan:


Malam 1 keluar dosa-dosa orang mukmin pada malam pertama sepertimana ia baru dilahirkan, mendapat keampunan dari Allah.


Malam 2 diampunkan dosa-dosa orang mukmin yang sholat tarawih serta kedua ibu bapanya (sekiranya mereka orang beriman).

Malam 3 berseru Malaikat di bawah ‘Arash supaya kami meneruskan sholat terawih terus menerus semoga Allah mengampunkan dosa engkau.


Malam 4 memperoleh pahala ia sebagaimana pahala orang-orang yang membaca kitab-kitab Taurat, Zabur, Injil dan AL-Quran.


Malam 5 Allah karuniakan baginya pahala seperti orang yang sholat di Masjidilharam, Masjid Madinah dan Masjidil Aqsa.


Malam 6 Allah karuniakan pahala kepadanya, pahala Malaikat-malaikat yang tawaf di Baitul Ma’mur (70 ribu Malaikat sekali tawaf), serta setiap batu-batu dan tanah-tanah mendoakan supaya Allah mengampunkan dosa-dosa orang yang mengerjakan sholat terawih pada malam ini.


Malam 7 Seolah-olah ia dapat bertemu dengan Nabi Musa serta menolong Nabi ‘Alaihissalam menentang musuh besarnya Fir’aun dan Hamman.


Malam 8 Allah mengkaruniakan pahala orang sholat terawih seperti yang telah dikurniakan kepada Nabi Allah Ibrahim ‘Alaihissalam.


Malam 9 Allah karuniakan pahala dan dinaikkan mutu ibadah hambanya seperti Nabi Muhammad Saw.


Malam 10 Allah Swt. mengkaruniakan kepadanya kebaikan di dunia dan di akhirat.


Malam 11 Keluar ia daripada dunia (mati) bersih daripada dosa seperti ia baru dilahirkan.


Malam 12 Datang ia pada hari Qiamat dengan muka yang bercahaya (cahaya ibadatnya).


Malam 13 Datang ia pada hari Qiamat dalam aman sentosa daripada tiap-tiap kejahatan dan keburukan.


Malam 14 Datang Malaikat menyaksikan ia sholat terawih, serta Allah tiada menyesatkannya pada hari Qiamat.


Malam 15 Semua Malaikat yang menanggung ‘Arasy, Kursi, berselawat dan mendoakannya supaya Allah mengampunkannya.


Malam 16 Allah Swt. menjamin baginya agar ia terlepas daripada neraka dan dimasukkan ke dalam Syurga.


Malam 17 Allah karuniakan orang yang bertarawih pahalanya pada malam ini sebanyak pahala Nabi-Nabi.


Malam 18 Malaikat berkata: Hai hamba Allah sesungguhnya Allah telah redha kepada engkau dan ibu bapak engkau (yang masih hidup atau mati).


Malam 19 Allah Swt. tinggikan darjatnya di dalam Syurga Firdaus.


Malam 20 Allah karuniakan kepadanya pahala sekalian orang yang mati syahid dan orang-orang solihin.


Malam 21 Allah mendirikankan sebuah istana dalam Syurga yang terbuat dari Nur.


Malam 22 Datang ia pada hari Qiamat dalam keadaan aman daripada tiap-tiap dukacita dan kerisauan (tidaklah dalam keadaan huru hara di Padang Mahsyar).


Malam 23 Allah Swt. memberikan kepadanya sebuah tempat di dalam Syurga yang terbuat dari Nur.


Malam 24 Allah bukakan peluang 24 doa yang mustajab bagi orang yang sholat terawih malam ini, (lebih baik berdoa ketika dalam sujud).


Malam 25 Allah Taala angkatkan daripadanya siksa kubur.


Malam 26 Allah karuniakan kepada orang yang sholat tarawih pahala pada malam ini seperti 40 tahun beribadah.


Malam 27 Allah karuniakan kepada orang yang sholat tarawih pada malam ini kecepatan melintasi titian Siratulmustaqim seperti kilat menyambar.


Malam 28 Allah Swt. karuniakan kepadanya 1000 darjat di akhirat.


Malam 29 Allah Swt. karuniakan kepadanya pahala 1000 kali haji yang mabrur.


Malam 30 Allah Swt. beri penghormatan kepada orang berterawih pada malam terakhir ini yang teristimewa sekali, lalu berfirman:

“Hai hambaKu: "makanlah segala jenis buah-buahan yang engkau inginkan di dalam syurga, dan mandilah engkau daripada air syurga yang bernama Salsabila, serta minumlah air daripada telaga yang dikaruniakan kepada Nabi Muhammad Saw. yang bernama ‘Al-Kauthar’”.

Rabu, 20 Agustus 2008

Alangkah Buruknya Dosa

Oleh: Muhammad Riyal Siregar
“…dan ia telah diliputi oleh dosanya…” (al-Baqarah: 81)

Dosa demi dosa kamu jalani
Namun kamu harapkan pahala dan kemuliaan taman surgawi
Sedang kamu lupa, bahwa Allah SWT mengeluarkan Adam dari surga-Nya
Turun ke dunia fana, hanya karena satu dosa…

Dosa, pada awalnya hanyalah setitik kecil hitam di hati, namun bila terkumpul, maka hitamlah seluruh hati kita. Kita akan merasa gelisah, asing di tengah orang-orang saleh, kehilangan ketaatan, dan tak lagi bisa menikmati indahnya ibadah. Rasa yang tersisa hanya kegersangan, kekeringan, ketidakberkahan hidup, dan azab Allah.

Wahai saudaraku, tatkala kita merasa Allah melimpahkan berbagai nikmat sedangkan kita melakukan maksiat, maka kita seharusnya berhati-hati. Jika Allah memberikan rezeki berupa harta, anak, kesehatan, ataupun ketampanan, namun kita balas semua itu dengan maksiat, maka sekali lagi kita seharusnya berhati-hati. Takutlah kepada siksa-Nya yang datang dengan tiba-tiba dan akan beratnya kemurkaan-Nya serta hilangnya pengampunan-Nya. Rasulullah Saw bersabda, “Apabila kamu menyaksikan seorang hamba mendapatkan dari Allah ta’ala apa yang ia sukai dari kehidupan dunia, namun ia terus berkecimpung dalam kemaksiatan, maka ketahuilah bahwa semua itu hanyalah istidraaj (penangguhan hukuman dan ditundanya azab).”

Perhatikan firman Allah berikut: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, kami siksa dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam dan berputus asa.” (al-An’aam: 44)

Wahai saudaraku, kita mengaku sedih dan gelisah di bibir saja, sedangkan perilaku kita selalu membohongi lisan kita. Seandainya memang benar di hati kita ada kegelisahan dan kesedihan, tentu pengaruhnya akan terlihat jelas pada kondisi tubuh kita. Akan tampak ratap tangis kita karena takut kepada Allah SWT. Akan terlihat amal kebajikan kita untuk menghapus perbuatan buruk kita. Akan terlihat pula kedekatan kita dengan orang-orang saleh. Juga akan terlihat bahwa kita akan selalu menjauhi orang-orang yang berbuat maksiat. Dan pasti akan tampak tobat kita yang sesungguhnya, penyesalan yang mendalam, serta niat baru yang kokoh. Abu Darda mengingatkan, “Jangan sampai kalian dicela oleh hati orang-orang mukmin tanpa kalian sadari. Tahukah kalian bagaimana hal ini terjadi? Jika seorang hamba bermaksiat kepada Allah, maka Allah akan menimbulkan kebencian orang-orang mukmin terhadapnya tanpa dapat ia sadari.” Jika saudara kita kurang ramah terhadap kita, maka itu karena dosa yang kita perbuat, maka kita seharusnya bertaubat kepada Allah ta’ala. Jika kecintaan saudara kita bertambah, maka hal itu karena ketaatan yang kita lakukan, maka seharusnya kita bersyukur kepada Allah SWT.

Sufyan berkata, “Selama empat bulan aku tidak dapat melakukan sholat malam hanya karena sebuah dosa yang aku perbuat.” Ibnu Sirin pernah mengejek orang miskin. Dan karena perbuatannya tersebut, maka ia terbelenggu utang. Makhul pernah mengatakan kepada seseorang yang menangis bahwa orang tersebut hanya ingin dilihat orang lain (riya’). Dan karena perbuatan tersebut, maka ia tidak dapat menangis karena takut kepada Allah SWT selama satu tahun. Pada hakikatnya, mereka yang menerima hukuman di dunia, tidak lain adalah karena kesayangan Allah kepada mereka, yaitu karena hukuman di dunia dapat ditanggung dan cepat berlalu, tidak seperti hukuman diakhirat. Tidak ada sepasang mata pun yang dapat membayangkan, tidak ada sepasang telinga pun yang pernah mendengar pedihnya, juga tidak terlintas di hati manusia bagaimana rasa sakitnya. Rasulullah SAW bersabda, “Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi hamba-Nya, maka Ia akan mempercepat hukumannya di dunia (menghukumnya di dunia). Maka jika Ia menginginkan keburukan pada hamba-Nya, maka Ia biarkan hamba tersebut dengan dosanya hingga mendapatkan balasan kelak di hari kiamat.” (Hadits Sahih) Mereka yang disegerakan hukumannya di dunia adalah yang mendekatkan diri kepada Allah. Sebaliknya orang-orang yang jauh dari rahmat-Nya, Allah biarkan mereka terlena di dunia sehingga mereka menabung hukuman untuk dirinya sendiri di akhirat nanti.

Jika seseorang berbuat maksiat, maka setan akan segera mendekat dan malaikat menjauhinya. Setan selalu mengajak kepada kejahatan, maksiat, dosa, dan kehancuran. Benar apa yang pernah diucapkan oleh Sahal bin Ashim, “Hukuman dari perbuatan dosa adalah dosa juga.” Ibnul Qayyim bersumpah, “Demi Allah, musuhmu (setan) hanya akan memusuhimu jika walimu (malaikat) meninggalkanmu. Maka jangan kamu kira bahwa setan menang atas malaikat, akan tetapi malaikat yang berpaling darimu.” Apabila seorang hamba taat kepada Allah SWT maka malaikat akan segera mendekatinya dan dengan sendirinya setan akan menjauhinya. Malaikat tidak akan mengajak seorang hamba kecuali kepada ketaatan, kebajikan dan penyucian jiwa. Maka orang-orang berkata, “Ketaatan itu laksana wanita subur (banyak melahirkan). Dan ganjaran dari ketaatan adalah ketaatan juga.”

Muhammad bin Wasi’ yang bergelar Zainul Qur’an berkata tentang matinya hati, “Dosa demi dosa membuat hati seseorang mati.” Oleh karena itu, ketika seseorang berkata kepada Said ibnul Musayyab bahwa Abdul Malik bin Marwan berkata, “Saat ini aku tak lagi merasakan kebahagiaan karena kebajikan yang aku lakukan. Aku juga sudah tidak lagi merasakan kegelisahan karena dosa yang aku perbuat.” Maka Said ibnul Musayyab berkata, “Saat itu hatinya telah mati.” Banyak hal yang menyebabkan matinya hati, diantaranya sebagai berikut:
- Merasa senang dengan perbuatan dosa dan berusaha menampakkannya.
- Keinginan yang membara untuk berkumpul bersama orang-orang yang selalu berbuat maksiat
- Merasa tertekan ketika melihat orang-orang yang taat
- Senantiasa berbuat dosa dan tidak segera bertaubat
- Tidak lagi merasa sedih dengan hilangnya perbuatan taat
- Tidak lagi menolak kemungkaran, baik itu dengan tangan, lisan maupun hatinya.
Wahai saudaraku, ingatkan selalu hatimu dari tidur pulasnya, karena orang yang mendapatkan taufik adalah orang yang senantiasa waspada, jika kita tidak sadar akan nasihat yang diberikan kepada kita, maka jadikanlah diri kita sadar akan nasihat itu.

“Jika kalian menyukai perhiasan dan sutra surga, maka janganlah kalian memakainya di dunia.” (Hadits Sahih)
Wahai saudaraku, barang siapa mengenakan sutra di dunia, maka kelak di akhirat ia tidak boleh memakainya. Barang siapa meminum khamar di dunia, maka kelak ia tidak boleh meminum khamar surga. Barang siapa di dunia melepaskan pandangannya kepada wanita yang bukan mahramnya, maka kelak ia tidak boleh memandang bidadari disurga. Dan barang siapa di dunia senang mendengarkan musik, maka kelak ia tidak diperbolehkan menikmati musik akhirat. Ibnu Abbas berkata, “Allahmengirimkan angin yang menggoyang ranting pepohonan. Menciptakan suara-suara merdu bagi telinga manusia bak irama nyanyian dan lantunan lagu. Wahai telinga, janganlah kamu gantikan suara-suara itu dengan petikan tali gitar dan ingar-bingar pesta.” Salamah bin Dinar berkata, “Jika kamu menginginkan sesuatu menjadi milikmu kelak di akhirat, maka tinggalkanlah ia hari ini.”

Dosa pada akhirnya akan menggiring pelakunya menuju akhir kehidupan yang buruk (su’ul khaatimah). Hal ini karena manusia akan mati sesuai dengan kehidupan yang ia jalani. Maka bagi yang menginginkan mati dalam keadaan sujud, hendaklah ia memperbanyak ibadah sholat, bagi yang ingin mati dalam keadaan berpuasa, hendaklah ia memperbanyak puasa dan bagi yang ingin akhir hayatnya dalam keadaan berzikir, hendaklah ia memperbanyak zikir. Begitu pula dengan orang yang banyak melakukan maksiat. Ketika kamu mendapati seseorang yang akhir hayatnya su’ul khaatimah, ketahuilah bahwa sepanjang hidupnya, orang tersebut hanya menghabiskan umurnya dalam kesia-siaan, sehingga ia tidak mendapatkan taufik ketika ajal menjemput.

Wallahu a’lam…

MASIH ADA TAUBAT

Oleh: Muhammad Riyal Siregar

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nur [24]: 31)

Allah telah membagi hamba-hambaNya dalam dua golongan saja, dan tidak ada golongan yang ketiga. Yaitu: Golongan orang-orang yang bertaubat dan Golongan orang-orang yang zalim. Allah SWT berfirman, “Dan barang siapa yang tidak bertaubat maka dia termasuk golongan orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujarat [49]: 11).

Zaman sekarang ini, banyak manusia yang menjauhkan diri dari agama Allah sehingga kemaksiatan dan kemungkaran kian merajalela, sampai-sampai tak seorang pun yang selamat dari pencemaran oleh keburukan-keburukan tersebut kecuali orang-orang yang dilindungi Allah SWT.

Banyak dari kita yang tergugah dari kelalaian dan menyadari akan kekurangan kita dalam menunaikan hak Allah serta menyesali dosa-dosa kita, sehingga kita pun bergegas mengayunkan langkah ke pintu taubat. Sementara itu sebagian yang lain merasa jenuh dengan kehidupan yang merana dan sempit akibat dosa-dosa maka segera mereka mencari jalan untuk keluar dari kegelapan menuju cahaya. Akan tetapi jalan kita yang hendak bertaubat ini sering terhalang oleh berbagai macam rintangan yang kita sangka akan menghalangi taubat kita. Rintangan-rintangan tersebut terkadang ada dalam diri kita sendiri dan terkadang pula ada pada kondisi realitas yang melingkungi kita.

Semoga Allah merahmati kita bahwasanya Allah ‘Azza wa Jalla telah memerintahkan hamba-hambaNya untuk memurnikan taubat sebagai suatu perintah yang wajib. Allah SWT. Berfirman, ”Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya (taubatan nasuha).” (QS. At-Tahrim [66]: 8). Allah telah memberi kepada kita kesempatan untuk bertaubat sebelum para malaikat pencatat amal (Al-Kiraam Al-Kaatibuun) melakukan pencatatan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW., “Sesungguhnya malaikat pencatat amal yang disebelah kiri mengangkat penanya selama enam jam atau waktu yang singkat dari siang dan malam dari seorang muslim yang berbuat dosa. Jika dia menyesal dan beristighfar kepada Allah dari dosa tersebut maka malaikat itu tidak mencatatnya, tetapi jika dia tidak menyesal dan tidak beristighfar kepada Allah maka ia dicatat satu dosa.” (HR. Thabrani). Allah SWT juga memberi kesempatan berikutnya untuk bertaubat setelah dicatatnya dosa tersebut sampai dengan sebelum datangnya ajal.

Musibah sebagian besar manusia sekarang ini ialah tidak adanya rasa takut kepada Allah, sehingga dengan mudahnya kita bermaksiat kepada Allah dengan bermacam-macam dosa sepanjang siang dan malam. Diantara kita ada yang meremehkan dosa-dosa kecil sehingga berkata, misalnya, “Apa sih bahayanya memandang wanita yang bukan mahramnya atau berjabat tangan dengannya?” Sebagian diantaranya ada yang terbiasa menyaksikan tayangan-tayangan yang haram, baik di majalah-majalah atau film-film seri di televisi. Sebagian dari kita, jika sudah mengetahui haramnya hal tersebut kadang-kadang bertanya dengan nada mengolok-ngolok, “Berapa sih dosanya hal itu? Itu termasuk dosa besar ataukah dosa kecil?”

Jika kita telah mengetahui realitas yang seperti itu maka cobalah kita bandingkan hal itu dengan dua kisah berikut yang dikutip dari Shahih Bukhari (Ra.);

Dari Anas bin Malik (Ra.) beliau berkata, “Sesungguhnya kalian melakukan pekerjaan (dosa-dosa) yang di mata kalian hal itu lebih kecil daripada rambut, sedangkan kami para sahabat menganggap perbuatan-perbuatan itu di masa Rasulullah SAW, termasuk dari dosa-dosa besar yang membinasakan.”

Dari Ibnu Mas’ud (Ra.) beliau berkata, ”Sesungguhnya orang mukmin itu melihat kepada dosa-dosanya sebagaimana seorang yang duduk di bawah sebuah gunung yang dia takut jika sewaktu-waktu gunung itu jatuh menimpa dirinya, sedangkan orang yang fasik melihat kepada dosa-dosanya seperti melihat lalat yang lewat di samping hidungnya lalu dia menghalaunya dengan tangannya.

Apakah kita yang meremehkan dosa itu telah memperhitungkan bahaya perbuatan kita itu khususnya jika kita telah membaca hadist Rasulullah SAW. Berikut ini, “Hati-hatilah kamu dari dosa-dosa yang dianggap remeh, karena sesungguhnya dosa-dosa tersebut jika dikumpulkan pada seseorang niscaya akan membinasakannya.” (HR. Ahmad, Shahih Al-Jami’us Shaghir no. 2686, 2687)

Dosa kecil jika disertai dengan tidak adanya rasa malu, tidak peduli, tidak takut kepada Allah dan menganggap remeh dosa tersebut niscaya akan berubah menjadi dosa besar bahkan sejajar dengan dosa besar, karena itu, “Tidak ada dosa kecil jika ia dilakukan terus menerus dan tidak ada dosa besar jika disertai dengan istighfar.” Dan kita berkata kepada saudara kita yang seperti itu keadaannya,

“Janganlah engkau melihat kecilnya suatu maksiat, tapi lihatlah siapa yang engkau maksiati itu?”
Firman Allah SWT,

“Kabarkanlah kepada hamba-hambaKu, bahwa sesungguhnya Aku adalah Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hijr [15]: 49), dan juga beriman dengan firmanNya, “Dan sesungguhnya azabKu adalah azab yang pedih.” (QS. Al-Hijr [15]: 50)
Insya Allah kalimat-kalimat ini akan bermanfaat bagi orang-orang yang beriman, jujur, yang menyadari akan dosa dan keteledorannya, bukan orang-orang yang acuh tak acuh dalam kesesatannya atau yang terus menerus dalam melakukan kebatilannya.

Taubat adalah kata yang agung, Ia memiliki kandungan makana yang dalam, tidak sebagaimana yang disangka oleh kebanyakan orang, sekedar ucapan di lisan lalu terus menerus melakukan dosa. Firman Allah, “Dan hendaklah kalian beristighfar kepada Rabb kalian kemudian bertaubatlah kepadaNya.” (QS. Hud [11]: 3) dapat kita ketahui dari ayat tersebut bahwa taubat adalah perkataan yang lebih dari sekedar istighfar (mohon ampun).

Para Ulama telah menyebutkan syarat-syarat taubat yang mereka simpulkan dari ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits, sebagian dari syarat-syarat tersebut adalah:

Berhenti dari melakukan dosa dengan segera hanya karena Allah SWT bukan karena yang lain, karena jika seseorang bertaubat bukan karena Allah atau karena ada alasan lain maka, hal seperti itu tidaklah disebut orang yang bertaubat.

Menyesal dan mencabut semua keinginan untuk bermaksiat dan merasa sedih atas dosa-dosa yang telah lewat.

Ber’azam (bertekat bulat) untuk tidak mengulangi lagi dosa.

Mengembalikan hak-hak orang yang dizalimi atau meminta dihalalkan oleh mereka.

Hendaknya orang yang bertaubat takut kalau-kalau pada taubatnya itu ada kekurangan. Seorang yang bertaubat tidak boleh merasa pasti bahwa taubatnya telah diterima oleh Allah, karena hal itu akan membuat dirinya merasa tenang dan aman dari azab Allah SWT.

Hendaknya orang yang bertaubat itu meninggalkan daerah tempat ia berbuat maksiat jika keberadaannya pada tempat itu akan membuatnya tergelincir sekali lagi pada kemaksiatan tersebut.

Hendaknya orang yang bertaubat itu meninggalkan teman-teman yang membantunya berbuat maksiat. Allah SWT berfirman “Teman-teman akrab pada hari itu sebagian mereka menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zukhruf [43]: 67)

Hendaknya orang yang bertaubat itu memusnahkan barang-barang haram yang masih ada di sisinya seperti minuman keras, alat-alat musik, foto-foto dan film-film haram, cerita-cerita mesum dan patung-patung. Seorang yang telah menapakkan kakinya di ambang pintu taubat hendaklah menanggalkan seluruh atribut-atribut jahiliahnya.

Hendaknya ia memilih teman-teman yang saleh yang membantunya untuk taat sebagai ganti dari teman-teman yang buruk. Jika dahulunya ia terbiasa mengkonsumsi sesuatu yang haram hingga sel-sel dagingnya tumbuh dari sesuatu yang haram, maka hendaknya ia menyalurkan energi tubuhnya untuk mentaati Allah serta berupaya untuk mencari rizki yang halal, agar sel-sel dagingnya tumbuh dari sesuatu yang halal dan thayyib.

Hendaknya taubat itu dilakukan sebelum nyawanya sampai di tenggorokan dan sebelum matahari terbit dari arah barat. Rasulullah SAW. bersabda, “Barang siapa bertaubat kepada Allah sebelum nyawanya sampai di tenggorokan maka Allah akan menerima taubatnya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi) dan ”Barang siapa yang bertaubat kepada Allah sebelum matahari terbit dari barat maka Allah menerima taubatnya.” (HR. Muslim)

“Aku ingin bertaubat, akan tetapi dosa-dosaku sangat banyak sekali, segala macam perbuatan keji, segala dosa yang pernah engkau khayalkan atau belum pernah engkau khayalkan telah pula aku lakukan, sehingga aku tidak tahu apakah masih mungkin Allah mengampuni apa yang telah aku lakukan pada tahun-tahun yang lalu itu?!”

Inilah permasalahan yang sering dihadapi seseorang yang hendak bertaubat. Adapun perasaan seseorang bahwa dosa-dosanya terlalu banyak untuk diampuni oleh Allah SWT, yaitu yang pertama sebenarnya muncul dari ketidakyakinannya akan luasnya rahmat Allah. Yang kedua, karena lemahnya iman dan keyakinan akan kemampuan Allah untuk mengampuni seluruh dosa-dosa. Yang ketiga, karena lemahnya rasa berharap kepada Allah yang hal ini merupakan salah satu aktivitas qalbu. Keempat, karena ketidaktahuan seseorang akan besarnya pengaruh taubat dalam menghapus dosa-dosa.

Jawaban untuk permasalahan diatas adalah sebagai berikut: untuk masalah yang pertama, cukuplah untuk menjelaskannya firman Allah berikut ini, “Dan rahmatKu meliputi segala sesuatu.” (QS. Al-A’raf [8]: 56) Untuk masalah yang kedua, hadits qudsi yang sahih berikut ini cukup menjadi penjelas. Rasulullah Saw bersabda, “Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ‘Barang siapa yang mengetahui bahwa Aku mampu mengampini dosa-dosa niscaya Aku mengampuni dosa-dosanya dan Aku tidak peduli (akan dosanya yang sangat besar) selama ia tidak mempersekutukan Aku dengan sesuatu (berbuat syirik).” (HR. Thabrani dan Al-Hakim, tercantum dalam shahihul jami’ no.4330) Untuk masalah yang ketiga,…


Semoga kita tidak pernah bosan dan berputus asa untuk bertaubat kepada Allah SWT. Karena sesungguhnya Allah SWT berfirman “Hai hamba-hambaKu yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendir, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya, sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang dan kembalilah kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepadaNya.” (QS. Az-Zumar [39]: 53-54) semoga kita tidak terjerumus kejurang dosa yang sama untuk kesekian kalinya dan semoga taubat kita semua diterima oleh Allah SWT. Amin…